aqidah akhlak
Aliran Khawarij
1. Pengertian aliran Khawarij
Secara bahasa kata kKawarij berarti orang-orang yang telah
keluar. Kata ini dipergunakan oleh kalangan Islam untuk menyebut sekelompok
orang yang keluar dari barisan Ali ibn Abi Thalib r.a. , karena kekecewaan
mereka terhadap sikapnya yang telah menerima tawaran tahkim (arbitrase) dari
kelompok Mu’awiyyah yang dikomandoi oleh Amr ibn Ash dalam Perang Shiffin
(37H/657). Jadi, nama khawarij bukanlah berasal dari kelompok ini. Mereka
sendiri lebih suka menamakan diri dengan Syurah atau para penjual, yaitu
orang-orang yang menjual (mengorbankan) jiwa raga mereka demi keridhaan Allah,
sesuai dengan firman Allah QS. Al-Baqarah (2):207. Selain itu, ada juga istilah
lain yang dipredikatkan kepada mereka, seperti Haruriah, yang dinisbatkan pada
nama desa di Kufah, yaitu Harura, dan Muhakkimah, karena seringnya kelompok ini
mendasarkan diri pada kalimat “la hukma illa lillah” (tidak ada hukum selain
hukum Allah), atau “la hakama illa Allah” (tidak ada pengantara selain Allah).
2. Awal munculnya golongan Khawarij
Fakta
munculnya Khawarij bukanlah pada masa Ali r.a. sebagaimana sebagian para ahli
sejarah menyebutkan, tapi sudah muncul pada masa Utsman r.a. baik secara ajaran
maupun dalam bentuk aksi nyata. Buku sejarah banyak menyebutkan ini seperti
buku sejarahnya Imam At-Thabari dan Ibnu Katsir. Dalam buku tersebut orang yang
memberontak kepada Utsman r.a. disebut Khawarij. Hal ini dikuatkan oleh fakta
sejarah berikutnya dimana mereka berhasil membunuh Utsman r.a. Kemudian umat
Islam membai’at Ali r.a. termasuk sebagian besar orang-orang yang telah
membunuh Utsman r.a. Sementara itu Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf,
Aisyah, dan sahabat yang lain keluar dan menuntut pembelaan terhadap Utsman
r.a. Ali r.a. berkata, “Saya setuju dengan pendapat Anda, tapi mereka sangat
banyak dan bercampur dalam pasukan kami.” Ali r.a. menghendak masalah Khalifah
diselesaikan dahulu baru menyelesaikan orang-orang yang membunuh Utsman.,
Kemudian antara pihak Ali r.a. dan Aisyah r.a. sudah terjadi
kesepakatan bahwa mereka tidak akan berperang kecuali untuk menuntut pembunuh
Utsman, tapi orang-orang yang membunuh Utsman membuat fitnah lagi dalam Perang
Jamal. Mereka memisahkan diri jadi dua, sebagian bersama Ali dan sebagian
bersama Aisyah, dan mereka berdua saling melempar lembing, dan satu sama lain
mengatakan bahwa Ali telah berkhianat dan Aisyah telah berkhianat, maka
terjadilah apa yang terjadi dalam Perang Jamal.
3. Ciri-ciri faham Khawarij :
- Mudah Mencela dan Menyesatkan.
- Mudah Berburuk Sangka
Fenomena sejarah membuktikan bahwa orang-orang Khawarij
adalah kaum yang paling mudah berburuk sangka. Mereka berburuk sangka kepada
Rasulullah saw. bahwa beliau tidak adil dalam pembagian ghanimah, bahkan
menuduh Rasulullah saw. tidak mencari ridha Allah. Mereka tidak cukup sabar
menanyakan cara dan tujuan Rasulullah saw. melebihkan pembesar-pembesar
dibanding yang lainnya. Padahal itu dilakukan Rasulullah saw. dalam rangka
dakwah dan ta’liful qulub. Mereka juga menuduh Utsman sebagai nepotis dan
menuduh Ali tidak mempunyai visi kepemimpinan yang jelas.
- Berlebih-lebihan Dalam ibadah
Ini dibuktikan oleh kesaksian Ibnu Abbas. Mereka adalah
orang yang sangat sederhana, pakaian mereka sampai terlihat serat-seratnya
karena cuma satu dan sering dicuci, muka mereka pucat karena jarang tidur
malam, jidat mereka hitam karena lama dalam sujud, tangan dan kaki mereka
‘kapalan’. Mereka disebut quro’ karena bacaan Al-Qur’annya bagus dan lama.
Bahkan Rasulullah saw. sendiri membandingkan ibadah orang-orang Khawarij dengan
sahabat yang lainnya, termasuk Umar bin Khattab, masih tidak ada apa-apanya,
apalagi kalau dibandingkan dengan kita. Ini menunjukkan betapa sangat
berlebih-lebihannya ibadah mereka.
- Keras terhadap sesama Muslim dan memudahkan yang lainnya.
Hadits Rasulullah saw. menyebutkan bahwa mereka mudah
membunuh orang Islam, tetapi membiarkan penyembah berhala. Ibnu Abdil Bar
meriwayatkan, “Ketika Abdullah bin Habbab bin Al-Art berjalan dengan isterinya
bertemu dengan orang Khawarij dan mereka meminta kepada Abdullah untuk
menyampaikan hadits-hadits yang didengar dari Rasulullah saw., kemudian
Abdullah menyampaikan hadits tentang terjadinya fitnah.
Hadits
Rasulullah SAW :
Artinya:
“Yang duduk pada waktu itu lebih baik dari yang berdiri, yang berdiri lebih
baik dari yang berjalan….”
Mereka bertanya, “Apakah Anda mendengar ini dari
Rasulullah?” “Ya,” jawab Abdullah. Maka serta-merta mereka langsung memenggal
Abdullah. Dan isterinya dibunuh dengan mengeluarkan janin dari perutnya.
Di sisi lain tatkala mereka di kebun kurma dan ada satu biji kurma yang jatuh
kemudian salah seorang dari mereka memakannya, tetapi setelah yang lain
mengingatkan bahwa kurma itu bukan miliknya, langsung saja orang itu
memuntahkan kurma yang dimakannya. Dan ketika mereka di Kuffah melihat babi
langsung mereka bunuh, tapi setelah diingatkan bahwa babi itu milik orang kafir
ahli dzimmah, langsung saja yang membunuh babi tadi mencari orang yang
mempunyai babi tersebut, meminta maaf dan membayar tebusan.
- Sedikit pengalaman
Hal ini digambarkan dalam hadits bahwa orang-orang Khawarij
umurnya masih nuda-muda yang hanya mempunyai bekal semangat
- Sedikit pemahaman
Disebutkan
dalam hadits dengan sebutan Sufahaa-ul ahlaam (orang bodoh), berdakwah pada
manusia untuk mengamalkan Al-Qur’an dan kembali padanya, tetapi mereka sendiri
tidak mengamalkannya dan tidak memahaminya. Merasa bahwa Al-Qur’an akan
menolongnya di akhirat, padahal sebaliknya akan membahayakannya.
0 komentar:
Posting Komentar